Senin, 20 April 2009

Tauhid Sebagai Ruh Islam

TAUHID SEBAGAI RUH ISLAM

Hadirin yang mudah-mudahan dirahmati Allah
Umat manusia diberi petunjuk agar menempuh jalan perdamaian untuk mencapai tempat tujuan terakhir bernama akhirat melalui Al-Qur'an dan sunnah nabi Muhammad SAW. Pencapaian perdamaian universal, ketenangan pikiran manusia dan keharmonisan lingkungan didasarkan atas prinsip-prinsip pokok tauhid. Prinsip tauhid memproklamirkan keesaan Tuhan yang harus diakui dengan lidah dan diyakini dengan hati. Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqaroh:163
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (١٦٣)
Artinya : Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Kehidupan manusia di dunia ini sangatlah pendek, selama masa hidup yang pendek ini marilah sama-sama kita menyiapkan diri untuk akhirat melalui perbuatan yang benar, antara lain adalah dengan jalan tawakkal. Dalam Q.S Al-maidah:23 Allah berfirman
قَالَ رَجُلانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (٢٣)
Artinya: Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".

Arti tauhid yang merupakan dasar tawakkal adalah terjemahan dari perkataan “Laa ilaha Illahu wahdahu laa Syarika lahu” (Tiada Tuhan selain Allah dan tiada sekutu bagi-Nya),dan ber iman kepada kekuasaan adalah merupakan terjemahan kalimat”Lahul Mulku”(Dia memiliki segala kekuasaan). Dan iman kepada kemurahan Allah dan hikmah ditunjukkan dalam kalimat, “Walahul hamdu”(dan bagi-Nya segala puji). Maka barang siapa yang hatinya diliputi makan kalimat ini, iapun menjadi orang yang tawakal. akan tetapi Mayoritas kaum muslimin sekarang ini yang telah bersaksi Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah) tidak memahami makna Laa Ilaaha Illallah dengan baik, bahkan barangkali kita memahami maknanya dengan pemahaman yang terbalik.. satu contoh untuk hal itu adalah : Sebagian di antara mereka menulis suatu risalah tentang makna Laa Ilaaha Illallah, dan menafsirkan dengan “Tidak ada Rabb (pencipta dan pengatur) kecuali Allah” !! Orang-orang musyrik pun memahami makna seperti itu, tetapi keimanan mereka terhadap makna tersebut tidaklah bermanfaat bagi mereka. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman dalam Q.S Luqman:25
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ (٢٥)
Artinya : Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Orang-orang musyrik itu beriman bahwa alam semesta ini memiliki Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, tetapi mereka menjadikan tandingan-tandingan bersama Allah dan sekutu-sekutu dalam beribadah kepada-Nya. Mereka beriman bahwa Rabb (pengatur dan pencipta) adalah satu (esa), tetapi mereka meyakini bahwa sesembahan itu banyak. Oleh karena itu, Allah membantah keyakinan ini yang disebut dengan ibadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada Allah melalui firman-Nya dalam Q.S Azzumar:3
غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ (٣)
Artinya: Yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. yang mempunyai karunia. tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).

Kaum musyrikin dahulu mengetahui bahwa ucapan Laa Ilaaha Illallah mengharuskannya untuk berlepas diri dari peribadatan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, menafsirkan kalimat thayyibah Laa Ilaaha Illallah ini dengan : “Tidak ada Rabb (pencipta dan pengatur) kecuali Allah”. Padahal apabila seorang muslim mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan dia beribadah kepada selain Allah disamping beribadah kepada Allah, maka dia dan orang-orang musyrik adalah sama secara aqidah, meskipun secara lahiriah adalah Islam, karena dia mengucapkan lafazh Laa Ilaaha Illallah, sehingga dengan ungkapan ini dia adalah seorang muslim secara lafazh dan secara lahir. Dan ini termasuk kewajiban kita semua sebagai da’i Islam untuk menda’wahkan tauhid dan menegakkan hujjah kepada orang-orang yang tidak mengetahui makna Laa Ilaaha Illallah dimana mereka terjerumus kepada apa-apa yang menyalahi Laa Ilaaha Illallah. Berbeda dengan orang-orang musyrik, karena dia enggan mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, sehingga dia bukanlah seorang muslim secara lahir maupun batin.

Hadiri sekalian yang mudah-mudahan dirahmati Allah
Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.
Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya. Diceritakan dalam sebuah riwayat: terdapat lima orang shaleh yang terkenal mulia lagi luhur budi pekertinya. Kelimanya adalah wadd, Suwaa,Yaghuts,Ya’uq dan Nasr. Dalam waktu yang hampir bersamaan, kelima orang itu meninggal dunia. Orang-orang yang mengagumi kemuliaan budi pekerti mereka, mereka lantas membuat patung-patung yang masing-masing menggambarkan wujud sosok add, Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasyr. Masing-masing patungpun dinamai seperti nama-nama orang yang mereka patungkan. Semula patung itu dibuat untuk menghormati kelimanya tapi lama kemudian patung itu dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tapi lama-kelamaan lima patung itu mereka jadikan tuhan-tuhan untuk menggantikan Allah SWT.
Tampaknya semakin bertambah usia dunia, semakin bertambah rusak ketauhidan serta perilaku manusia. Terlebih-lebih mereka dikaruniai kekayaan yang melimpah yang akhirnya malah membuai mereka. Harta kekayaanpun lantas dijadikan ukuran untuk harkat dan kehormatan diri. Perilaku manusia yang telah jauh menyimpang itu membuat Allah SWt mengangkat seorang mulia diantar mereka menjadi NabiNya, yaitu Nuh.
Wahai kaumku….! Seru Nabi Nuh dengan suara lantang ketika berdakwah,”Sesunggihnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian. Sembahlah Allah SWT Tuhan Sekalian Alam! Bertakwalah kalian kepadaNya dan taatlah kalian kepadaku!
Seruan Nuh mendapat tantangan hebat dari kaumnya. Para pemuka kaumnya melawan Nuh dengan sengit,”Wahai saudara-saudaraku sekalian! Janganlah kalian dengarkan ucapan Nuh! Janganlah sekali-kali meninggalkan penyembahan Tuhantihan kita.
Hingga 500 th pengikut nabi Nuh tak lebih dari 80 orang saja, tapi meski dengan situasi demikian Nabu Nuh tetap sabar menghadapi pembangkangan kaumnya tetap dijelaskanya seruan dakwah dan dikabarkanya Adzab yang akan dijatuhkan oleh Allah SWT jika mereka tetap dalam kekafiranya.
Dan ketika Allah telah memenuhi janjinNya, di tengah kondisi yang panas lagi kering kerontang mendadak langit terlihat menjadi hitam. Awan tebal bergulung-gulung. Tak lama kemudian hujan turun amat lebat diiringi gemuruh guntur yang sambung menyambung amat dahsyat. Dari rekahan tanah yang telah mengeringa mendadak pula menyembur airdari dalam tanah dengan amat kencangnya. Mak berkumpullah air dari langit dan bumi hingga menimbulkan banjir yang sangat hebat. Itulah datangnya adzab Allah SWT dengan doa NabiNya untuk membinasakan orang-orang kafir.

Hadirin Rahimakumullah
Dari kisah diatas terdapat banyak hikmah untuk kita agar kita lebih meningkatkan nilai ibadah kita kepada Allah SWT dan hanya kepadaNyalah kita bersandar. Karena sesungguhnya, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum yahzanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.
.
Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.

Dalam nada kita lantunkan:
Katakan Tuhan itu satu
Tuhan tidak beranak dan diperanakkan
LaailaahaIllah………..(tiada Tuhan selain Allah)


DAFTAR PUSTAKA


Imam al-Ghazali, Ikhya’ Ulumuddin, Surabaya,Tiga dua, 2003
Syeh Muhammad Nasyiruddin, Tauhid Sebagai Prioritas Utama, Darul Faruq.tt
Komandoko,Gamal. Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Yogyakarta, Sketsa,2006

1 komentar: